Tarif UE untuk EV China dinilai rugikan industri otomotif Eropa


Zagreb (ANTARA) – Tarif Uni Eropa (UE) yang tinggi terhadap electric vehicle (EV/kendaraan listrik) China dapat berdampak negatif terhadap perkembangan jangka panjang industri otomotif Eropa, demikian seorang analis politik Kroasia memperingatkan.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Xinhua, analis politik Kresimir Macan menyatakan bahwa pengaruh Amerika Serikat (AS) terhadap tarif UE untuk EV China tidak akan menguntungkan ekonomi Eropa. Tarif tersebut, yang secara historis terbukti “merugikan” bagi ekonomi global, akan terus berdampak negatif terhadap industri kendaraan listrik.

Pada 14 Mei lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan tarif baru untuk berbagai produk impor dari China, termasuk EV, sebagai tambahan bagi tarif yang sudah berlaku di bawah Pasal 301. Pajak tambahan tersebut akan menaikkan tarif impor EV China hingga 100 persen pada tahun ini.

Pada Oktober tahun lalu, Komisi Eropa meluncurkan investigasi antisubsidi terhadap impor EV dari China, dan akan menentukan apakah tarif hukuman harus diberlakukan untuk melindungi produsen UE dari kompetitor China.

 

Robot menyolder cangkang mobil di pabrik kendaraan listrik perusahaan China Li Auto Inc. di Changzhuo, Provinsi Jiangsu, China timur, pada 10 Januari 2024. (ANTARA/Xinhua/Ji Chunpeng) 

Menurut statistik dari Federasi Eropa untuk Transportasi dan Lingkungan, sekitar 20 persen atau 300.000 unit dari semua mobil listrik yang terjual di seantero UE tahun lalu dibuat di China. Lebih dari setengahnya berasal dari produsen mobil Barat, seperti Tesla, Dacia, dan BMW, yang memproduksi mobilnya di China untuk diekspor.

Terlepas dari potensi kenaikan tarif UE, Macan mengatakan bahwa dia percaya EV China akan menemukan pasar di tempat lain mengingat harga dan kualitasnya yang kompetitif. Dia mendesak UE agar fokus pada kerja sama dengan China daripada memberlakukan tarif tinggi, serta mengusulkan bahwa kolaborasi akan memberikan hasil yang lebih baik bagi pengembangan industri EV.

Macan berpendapat bahwa konsumen Eropa pada akhirnya akan menderita akibat kebijakan tarif UE yang hanya akan membuat produk-produk Eropa menjadi lebih mahal dan kurang maju dalam hal teknologi. Menurut dia, hal itu akan membuat produk-produk Eropa menjadi kurang menarik dibandingkan produk-produk China.

“Hanya persaingan yang sehat untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan terjangkau yang dapat menopang perekonomian dunia,” kata Macan.

Selain itu, Macan menyatakan kekhawatirannya mengenai implikasi yang lebih luas dari tarif tersebut terhadap transisi hijau global. Dia mengatakan bahwa langkah-langkah tersebut dapat merusak upaya untuk menstimulasi produksi mobil ramah lingkungan.

 

   Mobil listrik China MG4 dipajang di gerai MG di Ljubljana, Slovenia, pada 1 Februari 2024. (ANTARA/Xinhua/Zhou Ye)

Terlepas dari potensi kenaikan tarif UE, Macan mengatakan bahwa dia percaya EV China akan menemukan pasar di tempat lain mengingat harga dan kualitasnya yang kompetitif. Dia mendesak UE agar fokus pada kerja sama dengan China daripada memberlakukan tarif tinggi, serta mengusulkan bahwa kolaborasi akan memberikan hasil yang lebih baik bagi pengembangan industri EV.

“Tarif yang tinggi merugikan kerja sama dan persaingan yang sehat, tetapi, kerja sama menguntungkan semua pihak dan selalu membuahkan hasil yang luar biasa,” tutur Macan.

Dia menambahkan bahwa bagi UE, kerja sama dengan China dan negara-negara lain di sektor ini “lebih dari sekadar diperlukan” untuk menonjolkan produksi EV yang berkualitas tinggi dan berteknologi mutakhir. 

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *