Toyota dan BMW akan perluas kerja sama kendaraan sel bahan bakar


Jakarta (ANTARA) – Toyota Motor Corp. dan BMW AG akan memperluas kerja sama mereka dalam operasi kendaraan sel bahan bakar, menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, Selasa (27/8), dalam upaya meningkatkan daya saing mobil bertenaga hidrogen mereka.

Dalam kemitraan yang lebih mendalam yang akan diumumkan pada 5 September, Toyota akan menyediakan komponen utama seperti tangki hidrogen kepada BMW, yang kemudian akan memproduksi dan menjual kendaraan sel bahan bakar (fuel cell vehicle/FCV) secara massal dalam beberapa tahun ke depan, kata sumber tersebut.

Kerja sama yang diperluas ini bertujuan untuk menstandarkan komponen dan menurunkan biaya FCV, yang dianggap sebagai opsi menjanjikan untuk mencapai netralitas karbon, tetapi belum populer karena harganya yang tinggi.

Baca juga: Pasar kendaraan berbahan bakar sel China laporkan perkembangan pesat

Kedua produsen mobil ini sepakat untuk bekerja sama dalam pengembangan FCV pada tahun 2012 sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan mobil yang lebih ramah lingkungan di tengah pengetatan regulasi lingkungan.

Toyota adalah penyedia utama FCV, setelah meluncurkan Mirai, FCV pertama di dunia yang diproduksi secara massal, pada tahun 2014.

Namun, penjualannya hanya mencakup sebagian kecil dari total penjualan kendaraan perusahaan, yang melebihi 10 juta unit setiap tahun.

Baca juga: Nikola umumkan “line up” kendaraan sel bahan bakar hidrogen mereka

Hingga Juni tahun ini, produsen mobil Jepang tersebut telah menjual sekitar 26.000 unit FCV sejak diluncurkan.

Salah satu alasannya adalah bahwa Mirai dijual dengan harga lebih dari 7 juta yen (Rp751 juta), jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga rata-rata mobil di Jepang, yang mencapai 2,64 juta yen (Rp283 juta) pada tahun fiskal 2023.

Berbagi komponen utama dapat menurunkan biaya model Toyota sementara BMW terbebas dari beban mengembangkan suku cadang sendiri.

Kedua perusahaan juga akan bekerja sama dalam membangun stasiun hidrogen di Eropa, karena kurangnya stasiun pengisian ini telah menjadi hambatan utama dalam mempopulerkan FCV, menurut sumber tersebut. Demikian disiarkan Kyodo, Selasa (27/8).

Baca juga: GM bermitra dengan Navistar pasok sel bahan bakar truk

Baca juga: Seriusi pasar China, Hyundai bangun pabrik sel bahan bakar

Pewarta:
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *